Kamis, April 30, 2009

Menambahkan Jam di Blogspot

ingin mempercantik tampilan blogspot anda dengan cara menambahkan penunjuk waktu ( jam ), cara membuatnya anda hanya tinggal menggunakan situs penyedia waktu seperti yang sedang dipakai oleh penulis yaitu http://clocklink.com

langkah - langkah memasang jam pada blogspot

1) buka link diatas klik disini

2) lalu pada menu pilih Gallery

3) pilih tampilah jam yang diinginkan lalu klik view html tag yang terletak dibawah gambar

4) lalu klik accept

5) pilih warna, lalu pilih select by city, isi negara dan kota tempat anda tinggal atau waktu daerah yang ingin kalian tampilkan dal pilih size terserah alian

6) dibawahnya terdapat kode script yang harus anda copy, untuk sementara sebainya simpan di notepad

7) kalian sudah memperoleh script jam, sekarang tinggal memasangnya di blogspot

8) login blogspot kalian

9) pilih tata letak >> elemen halaman >> tambah gadget >> Html/javascript

10) letakkan kode tadi kotak html/javacript untuk label/judul tuliskan nama kota dan negara yang waktunya kalian tampilkan lalu klik save

11) klik save sekali lagi untuk simpan perubahan pada template

12) lihat blog anda untuk melihat hasilnya

good luck

Rabu, April 29, 2009

Cara Daftar di mesin pencari ( Search Engine )

untuk bisa dikenal didunia maya, kita harus memperkenalkan diri terlebih dahulu. banyak cara untuk memperkenalkan blog kita di dunia maya, salah satunya yaitu daftarkan blog anda di beberapa situs pencarian ( search engine ) yang ada di internet.

bagaimana caranya? klik link selanjutnya dibawah ini...


1 Google ( http://google.com )

daftar link : http://google.com/addurl.html

2. YAHOO! ( http://yahooo.com )

daftar link : http://siteexplorer.search.yahoo.com

3. MSN ( http://msn.com )

daftar link : http://search.msn.com/docs/submit.aspx

4. Live ( http://live.com )

daftar link : http://msn.com

5. Altavista ( http://altavista.com )

daftar link : http://altavista.com/addurl/default

6. althaweb ( http://althaweb.com )

daftar link : http://althaweb.com/add_url.php

7. baidu ( http://baidu.com )

daftar link : http://baidu.com/about/service

dan masih banyak lagi.....

jika kalian merasa repot harus mengeping semua ataupun kalian inginterindeks oleh puluhan mesin pencari dan tidak repot, kalian bisa menggunakan situs submitter. kalian hanya tinggal mendaftarkan alamat URL kalian di sini

http://freewebsubmission.com/

atau

http://pingomatic.com/

atau kalau kalian tidak mau repot-repot ketik saja link anda pada tempat paling bawah di blog ini..

selamat mencoba...

sudahkan kalian terindeks oleh mesin pencari?

untuk mengeceknya tinggal kalian buka google lalu ketikkan kata yang ada pada blog anda dan klik search

Selasa, April 28, 2009

Cara Pasang Link Otomatis di Blogspot

Untuk mempromosikan link kita banyak berbagai cara, salah satunya yaitu dengan cara bertukar link. Ya kali ini kita akan membuat tukar link otomatis. Caranya sangat mudah, ikuti cara-cara berikut ini.

Pertama-tana sebelum meletakkan link otomatis, kita terlebih dahulu daftar dulu, dalan layanan yang digunakan oleh penulis adalah http://www.blenza.com/linkies

register di www.blenza.com

1. buka link diatas terlebih dahulu

2. lalu sebelum memulai anda harus register terlebih dahulu

3. is form data kalian secara lengkap

4. lalu klik tombol register.

5. stelah pendaftaran diproses, buka email kamu tapi jangan tutup dulu registernya karena kamu akan mendapat kode seperti ini

your code is : 54FGDFRK1H4K4GKTIWAHLXX4ZGH45SDEXXZSMT

6. Copy kode tersebut lalu, kembali ke register tadi dan masukkan kode tadi ke form kode, lalu klik tombol confirm

7. setelah kode diaktifkan, login kembali

8. pilih menu wizard lalu beri tanda(ceklist) pilihan blogger ( new or upgrade ) dan original auto-linkies untuk free

9. pada menu dropdown pilih monday memories

10. klik generate code, lsu anda akan mendapat kode untuk dipasang pada blok anda


meletakkannya pada blog



11. login ke blog kamu lalu pilih layout >> edit HTML

12. stetelah generate code tadi anda akan memdapatkan judul skrip seperti ini

13. letakkan kode tersebut dibawah kode ini pada edit html lalu klik simpan template

14. lau ambil kode yang kedua seperti ini

15. selanjutnya terserah anda mau meletakkannya dimana..

- jika diletakkan di sidebar pilih
tata letak >> elemen halaman >> tambah gadget >> HTML/javascript, klik paste kode tadi dan klik save

- jika diletakkan diposting
klik posting >> new posting, lalu letakkan kode tersebut pada edit

16. good luck ya..........

Menghitung Jumlah Huruf Dalam Kalimat

var
huruf : char;
N : integer;

begin
N := 0;
writeln ( 'masukkan kalimat = ' ); read ( huruf );
while ( huruf <> '.' ) do
begin
if ( huruf <> ' ' ) then
begin N := N+1 end;
read ( huruf );
end;
write ( 'jumlah huruf = ',N );
end;
end.

Menghitung Jumlah 1 Huruf dalam kalimat


var
huruf : char;
jumlah : integer;

begin
jumlah := 0;
read ( 'masukkan kalimat = ' ); read ( huruf );
repeat
begin
if ( huruf = 'a' ) then jumlah := jumlah + 1;
read ( huruf );
end;
until ( huruf = '.' );
write ( 'jumlah uruf a = ',jumlah );

Senin, April 27, 2009

kirim link otomatis

maaf untuk saat ne..kirim link otomatis saya sedang ada masalah.....
jadi untuk sementara......
sebaiknya letakkan link anda di kotak komentar/shoutmix yang ada di sebelah kiri blog ini....
terima kasih atas kunjungan dan back linknya....

w@hYuL!e's blog_Gerrrrr!!!!!



Penyeleksian IF - THEN

rumus :

contoh :

var
nilai : integer;

begin
write ( 'nilai =' ); read ( nilai );
if ( nilai >= 50 ) then writeln ( 'lulus' );
else writeln ( 'tidak lulus' );
end.


penjelasan :

tampilkan ( 'nilai' ) lalu ketikkan nilai berupa angka yang nantinya angka itu akan disimpan di ( nilai )
jika nilai >= 50
jika benar tampilkan ( 'lulus' )
jika salah tampilkan ( 'tidak lulus' )

1. menentukan huruf ganjil/genap

deklarasi
N = ineteger

deskripsi
if ( N mod 2 = 0 )
then output ( genap )
else output ( ganjil )
end if

- program

var
N : integer;

begin
write ( 'N =' ); read ( N );
if ( N mod 2 = 0 ) then writeln ( 'genap' );
else writeln ( 'ganil' );
end.

2. menentukan nilai terbesar

input A,B
if ( A>B )
then output ( A )
else output ( B )
end if

3. menentukan nilai terbesar dari 3 input

if ( A>B )
then if ( A>C ) then writeln ( A ); else writeln ( C );
else if ( B>C ) then writeln ( B ); else writeln ( C );
end if

atau

if ( A>B ) and ( A>B ) then output A
if ( B>A ) and ( B>C ) then output B
if ( C>A ) and ( B>D ) then output C

*jka ingin menentukan huruf tekecil hanya tinggal mengganti tanda ">" menjadi "<"

4. 1 input 3 pilihan

if ( suhu >= 100 ) then output ( gas )
if ( suhu > 0 ) and ( suhu < 100 ) then output ( cair )
if ( suhu < 0 ) then output ( padat )

Pengulangan Repeat - Until

repeat - until = mengulang program sampai benar atau menulang jika salah

rumus :


contoh :


deklarasi
a = interger

deskripsi
a := 0
repeat
output ('halo')
a := a + 1
until ( a=5 )

penjelasan :
a = 0
mengulang 'halo' dan a = a+ 1 hingga/ sampai a=5

proses :
a =0
tampilkan ( 'halo' )
a = a + 1 = 0 + 1 = 1
a tidak sama dengan 5 ( mengulang )
tampilkan ( 'halo' )
a = a + 1 = 1 + 1 = 2
a tidak sama dengan 5 ( mengulang )
tampilkan ( 'halo' )
a = a + 1 = 2 + 1 = 3
a tidak sama dengan 5 ( mengulang )
tampilkan ( 'halo' )
a = a + 1 = 3 + 1 = 4
a tidak sama dengan 5 ( mengulang )
tampilkan ( 'halo' )
a = a + 1 = 4 + 1 = 5
a sama dengan 5 ( stop )

Minggu, April 26, 2009

Pengulangan FOR



contoh :

var

a : integer ;

begin
for a := 1 to 5
writeln ( 'halo' )
end.

untuk memberikan no. urut menaik pada
writeln ( 'halo' ) ubah menjadi writeln ( a,'.halo' )
untuk memberikan no. urut menurun ubah for a := 1 to 5 menjadi for 5 downto 1





Dekomposisi

1. spesialisasi ( dekomposisi entitas ) yaitu memisahkan data yang berbeda

Contoh : table

MD Nama Jabatan Kantor Status
D001 AA - Inti Tidak tetap
D002 BB Dekan - Tetap
D003 CC Purek - Tetap
D004 DD - telkom Tidak tetap

Dosen tetap

MD Nama Jabatan
D002 BB Dekan
D003 CC Purek

Dosen tidak tetap

MD Nama Kantor
D001 AA Inti
D004 DD Telkom


2. generalisasi ( dekomposisi atribut ) yatu menggabungkan data yang berbeda / struturnya sama dengan menambahkan field baru


contoh table :

- mahasiswa D3

nim nama Alamat
Mo1.3 AA Jl. A
Mo2.3 BB Jl. B

- mahasiswa S1

nim nama Alamat
Mo1.5 CC Jl. C
Mo2.5 DD Jl. D

Digabungkan dengan menambahkan

- mahasiswa

Nim Nama Alamat Prog. Pendidikan
Mo1.3 AA Jl. A D3
Mo2.3 BB Jl. B D3
Mo1.5 CC Jl. C S1
Mo2.5 DD Jl. D S1

Sabtu, April 25, 2009

Pengkodean / datacoding

1. kode internal yaitu untuk menandai sebuah record tetapi kodenya tidak formal, digunakan oleh system bukan oleh user

2. kodefikasi umum yaitu kode yang sudah diketahui secara luas / umum

3. jenis kodefikasi yang bias dipilih

a) kodefikasi secara sekuensial / beruntun, secara standar abjad, anga, hirarki, dll.
b) Kodefiasi mnemonic ( singkatan / initial )
c) Kodefikasi blok yaitu kode yang mempunyai format tertentu yang pada dasarnya terbentuk dari kodefikasi lain.

Selasa, April 21, 2009

Proses Normalisasi Tabel

# teknik normalisasi adalah proses pengelompokan data elemen menjadi tabel-tabel yang menunjukan entity dan relasi.

# proses pembentukan tabel normal penuh ( normalisasi ) bertujuan untuk :
- membuat sekecil mungkin terjadinya data rangkap
- menghindari data yang tidak konstan terutama bila dilakukan penambahan dan penghapusan data sebagai akibat adanya data rangkap
- menjamin bahwa identitas tabel secara tunggal sebagai determinan semua atribute

# proses normalisasi juga digunakan pada beberapa operasi yang berhubungan dengan data record yaitu :
1) operasi penambahan ( insert )
2) operasi penghapusan ( delete )
3) operasi pengubahan ( update )
4) operasi pembacaan data

# apabila terjadi kesulitan saat proses data maka tabel-tabel dipecahkan menjadi beberapa tabel yang merupakan hasil pengelompokan data berdasarkan entity masing-masing

# syarat dalam melakukan normalisasi
1) adanya field ( atribute kunci )
2) berdasarkan kepada ketergantungan fungsi

# bentuk-bentuk normalisasi
proses normalisasi tabel secara umu dibagi dalam 5 tahap sehingga dikenal bentuk-bentuk tabel normal sesuai dengan tahapan normalisasi yang telah dilakukan yaitu bentuk normal pertama, kedua, ketiga, keempat, dan kelima.


1. bentuk tidak normal
- adalah kumpulan data yang tidak disimpan tidak mempunyai format tertentu, data disimpan apa adanya sesuai masukan yang diperoleh
- dalam bentuk ini data mungkin saja tidak lengkap tidak konsisten / terduplikasi
2. bentuk normal ke-1 ( 1NF = first normalized form )
- bentuk normal ke pertama dicapai apabila setiap nilai atribute adalah tunggal
- ciri-cirinya
a) file dibentuk dalam bentuk plat file
b) fieldnya berupa atomic value yang artinya data tidak bisa dipecah kebentuk yang lebih kecil
c) tidak ada field yang sama
d) setiap fieldnya mempunyai satu pengertian
3. bentuk normal ke-2 ( 2NF = second normalized form )
- bentuk bormal ke-2 dicapai apabila atribute yang dijadikan adentitas benar-benar sebagai determinan dari semua atribute
- syarat-syarat :
a) bentuk ke-2 dicapai jika tabel sudah membentuk normal ke-1
b) atribut bukan kunci, harus bergantung secara fungsi pada kunci pertama
c) menetukan field-field kunci-kunci bisa berupa primary key, kandidat key, dll.
4. bentuk normal ke-3 ( 3NF = third normalized form )
- adalah bentuk normal ke-2 tanpa terjadi adanya ketergantungan transitif determinan
- syarat
a) tabel sudah harus berbentuk normal ke-2
b) atribut bukan primer tidak tergantung secara transitif determinan terhadap kunci primernya.

# beberapa ketentuan dan sifat model hirarki
- terdapat suatu kumpulan jenis record yang didalamnya masing-masing terdapat field yang berfungsi sebagai pengenal
- terdapat suatu kumpulan kaitan yang menghubungkan semua jenis record sehingga membentuk diagram struktur data
- kaitan tersebut membentuk suatu pohon yang semua ujungnya mengarah ke daun
- tidak mungkin ada elemen yang lebih dari satu parent
- setiap kaitan bersifat tunggal jamak

contoh :

1) tahap 1
- PO
- no PO
- tanggal
- kode suplier
- nama suplier
- alamat
- daftar barang

2) tahap 2
.......................- PO....................- suplie......................- barang

3) tahap 3

Senin, April 20, 2009

Model Database

# basis data model meruakan sekumpulan konsep untuk menerangkan data hubungan antara data dan batasan yang terintegerasi dalam suatu organisasi


# model data dibagi beberapa basis

- model data berbasis objek

- model data berbasis record

- model data berbasis fisik

- model data berbasis konseptual



# model data berbasis objek menggunakan objek entitas / attribute. Disajikan dalam jenis model yaitu :

- Entity Relation Model / relation ship ( E-R model )

- Semantic model yaitu penyajian menggunakan kata-kata

- Binary model yaitu model yang memperluas devinisi dari entitas tidak hanya attribute tapi juga tindakannya



# symbol E-RD

a) Entitas

.

.

b) Attribute



.

c) Transaksi





d) Penghubung




# derajat kardinalitas

a) one to one





b)

.

.

.

.

.

b) one to many






.

.

c) many to one






.

.

.

.

.

d) many to many




.

.

.

.

.

# contoh database system perpustakaan

entitas : buku dan anggota



Komponen-komponen Basis Data

  1. hardware

sebagai media penyimpanan

  1. software

- interpreter ( penerjemah )

- interface ( penghubung )

  1. user

- database administrator

orang yang bertugas mengelola system basis data secara keseluruhan

- programmer

orang yang bertugas membuat pogram aplikasi database

- enduser

orang yang mengakses apikasi basis data yang akan dibuat programmer

  1. data

Kodefikasi / Pengkodean

# tujuan kodefikasi

- untuk mempersingkat data

- memudahkan relasi antar table

- memuat unik key / kunci yang unik / primary key


# kegunaan dari mempersingkat data yaitu penggunaan space yang lebih sedikit dan meminimalisasi redudansi data sebanyak mungkin


# abstraksi data

- physical level

yaitu menetukan bagaimana data disimpan dalam keadaan sebetulnya

- conceptual level

yaitu menggambarkan data apa yang disimpan dalam database

- view level

database dalam penggunaan objek data


# skema

DataBase Management System

# DBMS : merupakan system database berikut dengan program aplikasi pengelolanya

# Aplikasi DBMS yaitu :

- dbase
- access
- oracle

- my SQL
- foxpro

# data transaction

  1. tanpa transaksi












  1. dengan transaksi












# database = objek yang saling berinteraksi / penyimpanan data


# komponen – komponen objek table / elemen database

  1. entitas ( entity )

objek yang informasinya akan disimpan dalam database

contoh : orang, tempat, barang

  1. attribute

sebutan yang mewakili sebuah entity

contoh : entitas data mahasiswa atriibutenya adalah nama, NIM, alamat, dll.

  1. data value

yaitu nilai dari sebuah data attribute yang sebenarnya ( nilai real / actual )

  1. report

merupakan informasi mengenai sebuah entity secara lengkap

  1. field

hubungan report yang sejenis yang mempunyai panjang element yagn sama


# keuntungan system basis data

- mengurangi rangkap data

- keamanan data dapat terjaga

- integritas data dapat dipertahankan

- multi user

- menyediakan recovery data

- kebebasan data / data independent / data yang mandiri


# kerugian basis data

- diperlukan tempat penyimpanan yang besar

- diperlukan tenaga yang terampil dalam mengolah data

- kerusakan system dapat mempengaruhi beberapa departemen terkait

Minggu, April 19, 2009

Pengolahan Data

# sebelum adanya database




# sesudah adanya database





DBMS = DataBase Management system
data = merupakan fakta mengenai suatu objek
informasi = merupakan data yang telah diolah

menghitung luas

uses wincrt ;
var
P,L,luas : integer ;
begin
writeln ( 'panjang = ' ) ; read ( P ) ;
writeln ( 'lebar = ' ) ; read ( L ) ;
luas := P*L ;
write ( 'luas = ',luas ) ;
end.

Tukar Posisi

contoh
terdapat 2 gelas
gelas A berisi = air merah
gelas B berisi = air biru
dan isi kedua gelas tersebut harus ditukar
caranya dengan menambahkan gelas kosong yaitu gelas C

algoritma

uses wincrt;
Var
A, B, C : string ;
begin
write ( 'gelas A = ' ) ; readln ( A ) ;
write ( 'gelas B = ' ) ; readln ( B ) ;
C := A ;
A := B ;
B := C ;
writeln ( 'gelas A = ',A ) ;
write ( 'gelas B = ',B ) ;
end.

Sabtu, April 18, 2009

Tipe Data

1. bilangan bulat ( integer )
..... , -3 , -2 , -1 , 0 , 1 , 2 , 3 , .....

2. bilangan riil ( real )
... , 0 , 1/5 , 1/3 , 1 , 2 , 3 , ...

3. boolean ( biner )
0 dan 1

4. karakter ( char )
angka, huruf, dan simbol

5. string ( kata ) = tipe data bentukan
AA, kuda, AG, ...

Perkembangan Perangkat Keras

A. Generasi ke-1 (1946-1959)
- komputer tabung hampa
- program dibuat bahasa mesin
- penyimpana komputer besar dan butuh ruangan yang luas
- cepat panas
- proses kurang cepat
- butuh daya lebih besar
- orientasi applikasi bisnis
- contoh : electrical numerical integer and conductor

B. Generasi ke-2
- komputer menggunakan transistor
- program dibuat bahasa tingkat tinggi
- kapasitas memori cukup besar
- mempunyai kemampuan proses
- orientasi selain bisnis dengan teknik

C. Generasi ke-3
- komputer menggunakan IC
- peningkatan software dengan bahasa manusia
- lebih cepat
- penggunaan daya lebih hemat
- dapat melakukan multi processing
- sudah ada jaringan komunikasi

D. Generasi ke-4
- sudah menggunakan LSI (large scale integrated)
- dikembangkan komputer mikro
- menggunakan bahasa manusia

E. Generasi ke-5
- komputer menggunakan VLSI (very LSI)

Pengolahan Komputer

1. Data Yang Di Olah

a). analog komputer
digunakan untuk data yang bersifat continue dan bukan data yang bersifat angka tetapi dalam bentuk fisik. contoh : arus listrik, temperatur, kecepatan, dll. digunakan untuk pengukuran atau pengontrolan alat industri. keuntungannya dapat dibaca data secara fisik lebih cepat dari digital.

b). digital komputer
data yang diterima dalam bentuk angka dan huruf. digunakan dalam aplikasi bisnis dan teknik. kelabihannya dapat melakukan operasi logika. fokus pada ketepatan tampilan output berupa angka, huruf, dan gambar.

c). hybrid komputer
kombinasi dari analog komputer dan digital komputer.

2. Penggunaan

a). special purpose komputer
dirancang untuk menyelesaikan suatu masalah yang khusus, terdiri dari satu program. contoh : navigasi processor

b). general purpose komputer
digunakan untuk menyelesaikan bermacam-macam masalah, kecepatannya lebih lambat dari special komputer.

3. Ukurannya

a). mikro
b). mini
c). small
d). medium
e). large
f). super

Kamis, April 16, 2009

Guru Stress Menyuruh Murid Mengisi Biodata

seorang guru SD membagikan daftar isian murid-murid, mengenai data-data murid itu sendiri dan kedua orangtuanya. ada seorang muridnya yang karena gobloknya atau karena ingin mengerjai gurunya selalu bertanya-tanya
murid : "bu, nama orang tua ditulis, ya?"
guru : "ya, ditulis."
tidak lama kemudian, murid tersebut bertanya lagi...
murid : "bu, alamat orangtua ditulis?"
guru : "ya, ditulis!" katanya dengan nada kesal...
belum tiga menit si murid bertanya lagi...
murid : "bu, jenis kelamin orang tuanya ditulis?"
jawab ibu guru itu, yang kekesalannya telah sampai ke ubun-ubun...
guru : "nggak!! digambar!!!"

Senin, April 06, 2009

Printer

Printer








In computing, a printer is a peripheral which produces a hard copy (permanent human-readable text and/or graphics) of documents stored in electronic form, usually on physical print media such as paper or transparencies. Many printers are primarily used as local peripherals, and are attached by a printer cable or, in most newer printers, a USB cable to a computer which serves as a document source. Some printers, commonly known as network printers, have built-in network interfaces (typically wireless or Ethernet), and can serve as a hardcopy device for any user on the network. Individual printers are often designed to support both local and network connected users at the same time.
In addition, a few modern printers can directly interface to electronic media such as memory sticks or memory cards, or to image capture devices such as digital cameras, scanners; some printers are combined with a scanners and/or fax machines in a single unit, and can function as photocopiers. Printers that include non-printing features are sometimes called Multifunction Printers (MFP), Multi-Function Devices (MFD), or All-In-One (AIO) printers. Most MFPs include printing, scanning, and copying among their features. A Virtual printer is a piece of computer software whose user interface and API resemble that of a printer driver, but which is not connected with a physical computer printer.
Printers are designed for low-volume, short-turnaround print jobs; requiring virtually no setup time to achieve a hard copy of a given document. However, printers are generally slow devices (30 pages per minute is considered fast; and many inexpensive consumer printers are far slower than that), and the cost per page is actually relatively high. The printing press remains the machine of choice for high-volume, professional publishing. However, as printers have improved in quality and performance, many jobs which used to be done by professional print shops are now done by users on local printers; see desktop publishing. The world's first computer printer was a 19th century mechanically driven apparatus invented by Charles Babbage for his Difference Engine.


CONTENT
Chapter 1 Printing technology
Chapter 2 Modern print technology
2.1 Toner-based printers
2.2 Liquid inkjet printers
2.3 Solid ink printers
2.4 Dye-sublimation printers
2.5 Inkless printers
2.5.1 Thermal printers
2.5.2 UV printers
Chapter 3 Obsolete and special-purpose printing technologies
3.1 Typewriter-derived printers
3.2 Teletypewriter-derived printers
3.3 Daisy wheel printers
3.4 Dot-matrix printers
3.5 Line printers
3.6 Pen-based plotters
Chapter 4 Other printers
4.1 Printing mode
4.2 Monochrome, color and photo printers
4.3 The printer manufacturing business
4.4 Printing speed






CHAPTER 1
PRINTING TECHNOLOGY
Printers are routinely classified by the underlying print technology they employ; numerous such technologies have been developed over the years. The choice of print engine has a substantial effect on what jobs a printer is suitable for, as different technologies are capable of different levels of image/text quality, print speed, low cost, noise; in addition, some technologies are inappropriate for certain types of physical media (such as carbon paper or transparencies).
Another aspect of printer technology that is often forgotten is resistance to alteration: liquid ink such as from an inkjet head or fabric ribbon becomes absorbed by the paper fibers, so documents printed with a liquid ink sublimation printer are more difficult to alter than documents printed with toner or solid inks, which do not penetrate below the paper surface.
Checks should either be printed with liquid ink or on special "check paper with toner anchorage". For similar reasons carbon film ribbons for IBM Selectric typewriters bore labels warning against using them to type negotiable instruments such as checks. The machine-readable lower portion of a check, however, must be printed using MICR toner or ink. Banks and other clearing houses employ automation equipment that relies on the magnetic flux from these specially printed characters to function properly.











CHAPTER 2
MODERN PRINT TECNOLOGY
The following printing technologies are routinely found in modern printers, as of April 2006:

2.1. Toner-based Printers
Toner-based printers work using the Xerographic principle that is used in most photocopiers: by adhering toner to a light-sensitive print drum, then using static electricity to transfer the toner to the printing medium to which it is fused with heat and pressure.
The most common type of toner-based printer is the laser printer, which uses precision lasers to cause toner adherence. Laser printers are known for high quality prints, good print speed, and a low (Black and White) cost-per-copy. They are the most common printer for many general-purpose office applications, but are much less common as consumer printers due to their high initial cost - although this cost is dropping.
Laser printers are available in both color and monochrome varieties. Another toner based printer is the LED printer which uses an array of LEDs instead of a laser to cause toner adhesion to the print drum.
Recent research has also indicated that Laser printers emit potentially dangerous ultrafine particles, possibly causing health problems associated with respiration [1] and cause pollution equivalent to cigarettes.[3] The degree of particle emissions varies with age, model and design of each printer but is generally proportional to the amount of toner required. Furthermore, a well ventilated workspace would allow such ultrafine particles to disperse thus reducing the health side effects.

2.2. Liquid Inkjet Printers
Inkjet printers operate by propelling variably-sized droplets of liquid or molten material (ink) onto almost any sized page. They are the most common type of computer printer for the general consumer due to their low cost, high quality of output, capability of printing in vivid color, and ease of use.

2.3. Solid Ink Printers
Solid Ink printers, also known as phase-change printers, are a type of thermal transfer printer. They use solid sticks of CMYK colored ink (similar in consistency to candle wax), which are melted and fed into a piezo crystal operated print-head. The printhead sprays the ink on a rotating, oil coated drum. The paper then passes over the print drum, at which time the image is transferred, or transfixed, to the page.
Solid ink printers are most commonly used as color office printers, and are excellent at printing on transparencies and other non-porous media. Solid ink printers can produce excellent results. Acquisition and operating costs are similar to laser printers. Drawbacks of the technology include high power consumption and long warm-up times from a cold state.
Also, some users complain that the resulting prints are difficult to write on (the wax tends to repel inks from pens), and are difficult to feed through Automatic Document Feeders, but these traits have been significantly reduced in later models. In addition, this type of printer is only available from one manufacturer, Xerox, manufactured as part of their Xerox Phaser office printer line. Previously, solid ink printers were manufactured by Tektronix, but Tek sold the printing business to Xerox in 2001

2.4. Dye-sublimation Printers
A dye-sublimation printer (or dye-sub printer) is a printer which employs a printing process that uses heat to transfer dye to a medium such as a plastic card, paper or canvas. The process is usually to lay one color at a time using a ribbon that has color panels. Dye-sub printers are intended primarily for high-quality color applications, including color photography; and are less well-suited for text. While once the province of high-end print shops, dye-sublimation printers are now increasingly used as dedicated consumer photo printers.

2.5. Inkless Printers
2.5.1. Thermal Printers
Thermal printers work by selectively heating regions of special heat-sensitive paper. Monochrome thermal printers are used in cash registers, ATMs, gasoline dispensers and some older inexpensive fax machines. Colors can be achieved with special papers and different temperatures and heating rates for different colors. One example is the ZINK technology.
2.5.2. UV Printers
Xerox is working on an inkless printer which will use a special reusable paper coated with a few micrometres of UV light sensitive chemicals. The printer will use a special UV light bar which will be able to write and erase the paper. As of early 2007 this technology is still in development and the text on the printed pages can only last between 16-24 hours before fading.







CHAPTER 3
OBSOLETE AND SPECIAL-PURPOSE PRINTING TECNOOGIES
The following technologies are either obsolete, or limited to special applications though most were, at one time, in widespread use. Impact printers rely on a forcible impact to transfer ink to the media, similar to the action of a typewriter. All but the dot matrix printer rely on the use of formed characters, letterforms that represent each of the characters that the printer was capable of printing. In addition, most of these printers were limited to monochrome printing in a single typeface at one time, although bolding and underlining of text could be done by overstriking, that is, printing two or more impressions in the same character position. Impact printers varieties include, Typewriter-derived printers, Teletypewriter-derived printers, Daisy wheel printers, Dot matrix printers and Line printers. Dot matrix printers remain in common use in businesses where multi-part forms are printed, such as car rental service counters. An overview of impact printing [5] contains a detailed description of many of the technologies used.
Pen-based plotters were an alternate printing technology once common in engineering and architectural firms. Pen-based plotters rely on contact with the paper (but not impact, per se), and special purpose pens that are mechanically run over the paper to create text and images.

3.1. Typewriter-derived Printers
Several different computer printers were simply computer-controllable versions of existing electric typewriters. The Friden Flexowriter and IBM Selectric typewriter were the most-common examples. The Flexowriter printed with a conventional typebar mechanism while the Selectric used IBM's well-known "golf ball" printing mechanism. In either case, the letter form then struck a ribbon which was pressed against the paper, printing one character at a time. The maximum speed of the Selectric printer (the faster of the two) was 15.5 characters per second.

3.2. Teletypewriter-derived Printers
The common teleprinter could easily be interfaced to the computer and became very popular except for those computers manufactured by IBM. Some models used a "typebox" that was positioned (in the X- and Y-axes) by a mechanism and the selected letter from was struck by a hammer. Others used a type cylinder in a similar way as the Selectric typewriters used their type ball. In either case, the letter form then struck a ribbon to print the letterform. Most teleprinters operated at ten characters per second although a few achieved 15 CPS.

3.3. Daisy wheel Printers
Daisy-wheel printers operate in much the same fashion as a typewriter. A hammer strikes a wheel with petals (the daisy wheel), each petal containing a letter form at its tip. The letter form strikes a ribbon of ink, depositing the ink on the page and thus printing a character. By rotating the daisy wheel, different characters are selected for printing.
These printers were also referred to as letter-quality printers because, during their heyday, they could produce text which was as clear and crisp as a typewriter (though they were nowhere near the quality of printing presses). The fastest letter-quality printers printed at 30 characters per second.

3.4. Dot-matrix Printers
In the general sense many printers rely on a matrix of pixels, or dots, that together form the larger image. However, the term dot matrix printer is specifically used for impact printers that use a matrix of small pins to create precise dots. The advantage of dot-matrix over other impact printers is that they can produce graphical images in addition to text; however the text is generally of poorer quality than impact printers that use letterforms (type).
Dot-matrix printers can be broadly divided into two major classes:
• Ballistic wire printers (discussed in the dot matrix printers article)
• Stored energy printers
Dot matrix printers can either be character-based or line-based (that is, a single horizontal series of pixels across the page), referring to the configuration of the print head.
At one time, dot matrix printers were one of the more common types of printers used for general use - such as for home and small office use. Such printers would have either 9 or 24 pins on the print head. 24-pin print heads were able to print at a higher quality. Once the price of inkjet printers dropped to the point where they were competitive with dot matrix printers, dot matrix printers began to fall out of favor for general use.
Some dot matrix printers, such as the NEC P6300, can be upgraded to print in color. This is achieved through the use of a four-color ribbon mounted on a mechanism (provided in an upgrade kit that replaces the standard black ribbon mechanism after installation) that raises and lowers the ribbons as needed. Color graphics are generally printed in four passes at standard resolution, thus slowing down printing considerably. As a result, color graphics can take up to four times longer to print than standard monochrome graphics, or up to 8-16 times as long at high resolution mode.
Dot matrix printers are still commonly used in low-cost, low-quality applications like cash registers, or in demanding, very high volume applications like invoice printing. The fact that they use an impact printing method allows them to be used to print multi-part documents using carbonless copy paper (like sales invoices and credit card receipts), whereas other printing methods are unusable with paper of this type. Dot-matrix printers are now (as of 2005) rapidly being superseded even as receipt printers.

3.5. Line Printers
Line printers, as the name implies, print an entire line of text at a time. Three principal designs existed. In drum printers, a drum carries the entire character set of the printer repeated in each column that is to be printed. In chain printers (also known as train printers), the character set is arranged multiple times around a chain that travels horizontally past the print line. In either case, to print a line, precisely timed hammers strike against the back of the paper at the exact moment that the correct character to be printed is passing in front of the paper. The paper presses forward against a ribbon which then presses against the character form and the impression of the character form is printed onto the paper.
Comb printers represent the third major design. These printers were a hybrid of dot matrix printing and line printing. In these printers, a comb of hammers printed a portion of a row of pixels at one time (for example, every eighth pixel). By shifting the comb back and forth slightly, the entire pixel row could be printed (continuing the example, in just eight cycles). The paper then advanced and the next pixel row was printed. Because far less motion was involved than in a conventional dot matrix printer, these printers were very fast compared to dot matrix printers and were competitive in speed with formed-character line printers while also being able to print dot-matrix graphics.
Line printers were the fastest of all impact printers and were used for bulk printing in large computer centres. They were virtually never used with personal computers and have now been replaced by high-speed laser printers.
The legacy of line printers lives on in many computer operating systems, which use the abbreviations "lp", "lpr", or "LPT" to refer to printers.

3.6. Pen-based Plotters
A plotter is a vector graphics printing device which operates by moving a pen over the surface of paper. Plotters have been (and still are) used in applications such as computer-aided design, though they are being replaced with wide-format conventional printers (which nowadays have sufficient resolution to render high-quality vector graphics using a rasterized print engine). It is commonplace to refer to such wide-format printers as "plotters", even though such usage is technically incorrect.





























CHAPTER 4
OTHER PRINTER
A number of other sorts of printers are important for historical reasons, or for special purpose uses:
• Digital minilab (photographic paper)
• Electrolytic printers
• Microsphere (special paper)
• Spark printer
• barcode printer multiple technologies, including: thermal printing, inkjet printing, and laser printing barcodes
• Billboard / sign paint spray printers
• Laser etching (product packaging) industrial printers.

4.1. Printing Mode
The data received by a printer may be:
1. a string of characters
2. a bitmapped image
3. a vector image
Some printers can process all three types of data, others not.
• Character Printers (such as Daisy wheel printers) can handle only plain text data or rather simple point plots.
• Pen Plotters typically process vector images. Inkjet based Plotters can adequately reproduce all three.
• Modern printing technology, such as laser printers and inkjet printers, can adequately reproduce all three. This is especially true of printers equipped with support for PostScript and/or PCL; which includes the vast majority of printers produced today.
Today it is common to print everything (even plain text) by sending ready bitmapped images to the printer, because it allows better control over formatting. Many printer drivers do not use the text mode at all, even if the printer is capable of it.

4.2. Monochrome, color and photo printers
A monochrome printer can only produce an image consisting of one color, usually black. A monochrome printer may also be able to produce various tones of that color, such as a grey-scale.
A color printer can produce images of multiple colors.
A photo printer is a color printer that can produce images that mimic the color range (gamut) and resolution of photographic methods of printing. Many can be used autonomously (without a computer), with a memory card or USB connector.

4.3. The printer manufacturing business
Often the razor and blades business model is applied. That is, a company may sell a printer at cost, and make profits on the ink cartridge, paper, or some other replacement part. This has caused legal disputes regarding the right of companies other than the printer manufacturer to sell compatible ink cartridges.

4.4. Printing speed
The speed of early printers was measured in units of characters per second. More modern printers are measured in pages per minute. These measures are used primarily as a marketing tool, and are not well standardised. Usually pages per minute refers to sparse monochrome office documents, rather than dense pictures which usually print much more slowly. PPM are most of the time referring to A4 paper in Europe and letter paper in the US, resulting in a 5-10% difference.
















References
----------. 2000, 13 April. Babbage printer finally. BBC News,
Abagnale, Frank. 2007. "Protection Against Check Fraud". abagnale.com. http://www.abagnale.com/pdf/protection_b.pdf. Retrieved on 2007-06-27.
----------. Printers pose health risks. study – Technology – theage.com.au
----------. Xerox Inkless Printer - TFOT
Zable, J. L. and H. C. Lee. "An overview of impact printing". IBM Journal of Research and Development. http://www.research.ibm.com/journal/rd/416/zable.pdf.

Minggu, April 05, 2009

KONFLIK SIPADAN

TUGAS MAKALAH
KEWIRAAN

Tema : Pulau – Pulau Terluar Indonesia
Dosen : R. Pudjadi, Drs., M.M.
Anggota :
Nama
wahyu rohma g
Jurusan
Teknik Informatika
STT-STMIK MITRA KARYA















Judul :
KONFLIK SIPADAN
















KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini saya buat untuk memenuhi tugas mata kuliah “Kewiraan”.
Makalah ini bertemakan tentang “Pulau-pulau Terluar Indonesia” dan saya beri juduk “Konflik Sipadan”. Judul ini saya ambil karena banyak sekali pulau kecil yang letaknya terluar dan terabaikan, dan salahsatunya pulau Sipadan yang sekarang telah menjadi milik Malaysia
Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu saya harapkan saran dan kritik dari semua pihak agar dapat memacu saya untuk belajar lebih baik lagi.
saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bekasi, Januari 2009
Hormat Saya,

Penulis




DAFTAR ISI
Cover ………………………………………………………………………………i
Judul ………………………………………………………………………………ii
Kata Pengantar …………………………………………………………………...iii
Daftar Isi …………………………………………………………………………iv
Bab I Pendahuluan ………………………………………………………………..1
A. Latar Belakang ……………………………………………….…….....1
B. Maksud dan Tujuan …………………………………………………...3
C. Identifikasi Masalah ……………………………………………..……4
Bab II Status hukum ……………………………......……………………...……...5
A. Status hukum pulau-pulau terluar Indonesia ……………………....….5
B. Pulau Sipadan …………………………………………………...….…6
Bab III Konflik Sipadan ……………………………………………………...…...8
A. Indonesia Kehilangan Pulau Sipadan …………….……………...........8
B. Trauma Sipadan di Ambalat …………………………………………..9
C. Pulau terluar Indonesia Butuh Pengawasan Ketat ...……………..….11
Bab IV Penutup ……………………………………………………………….....13
A. Kesimpulan ………………………………………………….........…13
B. Saran-saran ……………………………………………………..……13
Daftar Pustaka
Lampiran

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam mengkaji bukti-bukti hukum sebelum 1969 yang menunjukkan adanya effective occupation atas pulau Sipadan-Ligitan , Mahkamah mempertimbangkan bukti-bukti yang diajukan kedua negara, yakni:
a. Indonesia mengajukan bukti-bukti adanya patroli AL Belanda di kawasan ini dari tahun 1895 hingga 1928, termasuk kehadiran kapal AL Belanda Lynx ke Sipadan pada November-December 1921; dan adanya survei hidrografi kapal Belanda Macasser di perairan Sipadan pada Oktober-November 1903. Patroli ini dilanjutkan oleh patroli TNI-AL. Selain itu, bukti yang diajukan adalah adanya kegiatan perikanan nelayan Indonesia pada tahun 1950-1960an dan bahkan awal 1970an.
b. Malaysia mengajukan bukti-bukti berupa bukti hukum Inggris yakni Turtle Preservation Ordinance 1917; perijinan kapal nelayan kawasan Sipadan regulasi suaka burung tahun 1933 dan pembangunan suar pada tahun 1962 dan 1963. Semuanya adalah produk hukum pemerintah kolonial Inggris, bukan Malaysia.
Sebelum menilai bukti-bukti Indonesia, Mahkamah Internasional menegaskan bahwa UU 4/Prp 1960 tentang negara kepulauan tidak mencantumkan Sipadan sebagai milik Indonesia. Mahkamah berpandangan hal ini relevan terhadap kasus pulau Sipadan karena Indonesia tidak memasukkannya dalam suatu perundang-undangan nasional. Terhadap patroli AL Belanda, Mahkamah berpendapat bahwa hal ini merupakan bagian dari latihan bersama atau kesepakatan bersama dalam memerangi perompakan, Sehingga tidak bisa dijadikan dasar pengajuan klaim.
Mengenai kegiatan perikanan nelayan Indonesia, Mahkamah berpendapat bahwa “activities by private persons cannot be seen as effectivitè, if they do not take place on the basis of official regulations or under governmental authority” Oleh karena kegiatan tersebut bukan bagian dari pelaksanaan suatu perundang-undangan Indonesia atau di bawah otoritas Pemerintah, maka Mahkamah menyimpulkan bahwa kegiatan ini juga tidak bisa dijadikan dasar sebagai adanya effective occupation.
Mahkamah berpandangan bahwa berbeda dengan Indonesia yang mengajukan bukti berupa sejumlah kegiatan Belanda dan rakyat nelayan, Malaysia mengajukan bukti berupa sejumlah ketentuan-ketentuan hukum. Mahkamah menyatakan bahwa berbagai peraturan Inggris tersebut menunjukkan adanya suatu “regulatory and administrative assertions of authority over territory which is specified by name” .
Esensi keputusan ini bukanlah seperti yang dinyatakan sementara kalangan yakni bahwa negara harus memperhatikan lingkungan hidup, pengembangan ekonomi atau bahkan keberadaan orang di suatu pulau terpencil untuk menunjukkan effective occupation, tetapi yang terpenting adalah apakah ada suatu pengaturan hukum atau instrumen hukum, regulasi atau kegiatan administratif lainnya tentang pulau tersebut terlepas dari isi kegiatannya. Keputusan ini juga tidak memberikan makna hukum terhadap pembangunan resort yang dilakukan oleh Malaysia setelah 1969 dan juga kegiatan perikanan nelayan Indonesia yang tidak didasarkan atas peraturan perundang-undangan.
Jelas elemen kuncinya dalam aplikasi doktrin effective occupation adalah ada tidaknya suatu perundang-undangan, peraturan hukum, atau regulasi terkait status wilayah tersebut. Hal ini tentunya sejalan dengan makna dari occupatio (baca okupatio) yang berarti tindakan administratif dan bukan berarti pendudukan secara fisik.
Perlu digaris bawahi bahwa bukti-bukti yang diajukan adalah kegiatan Belanda dan Indonesia versus bukti hukum Inggris. Jadi dari segi kacamata hukum internasional, Malaysia mendapatkan pulau tersebut bukan atas kegiatannya sendiri tetapi atas kegiatan hukum Inggris yang dilakukan pada tahun 1917, 1933, 1962 dan 1963 jauh sebelum Federasi Malaysia dengan keanggotaan Sabah dibentuk pada 16 September 1963.
Sebagai suatu hipotesa hukum, perlu dipikirkan apabila Indonesia mengklaim pulau Sipadan pada tahun 1945, bukti manakah yang akan lebih dipercaya hakim, bukti Belanda dan Indonesia ataukah bukti Inggris.

B. Maksud dan Tujuan
Maksud dibuatnya makalah ini adalah agar kita mengerti mengapa pulau Sipadan bisa lepas dari kedaulatan Indonesia, tulisan ini mendiskusikan kontroversi mengenai status pulau-pulau terluar Indonesia. Makalah ini juga berisikan efek yang terjadi setelah lepasnya pulau Sipadan, dan strategi pemerintah untuk mengantisipasi agar hal yang semacam ini tidak akan terulang kembali.



C. Identifikasi Masalah
1) Indonesia kehilangan pulau Sipadan
2) Pulau terluar Indonesia butuh pengawasan ketat
3) Trauma Sipadan di Ambalat














BAB II
STATUS HUKUM

A. Status Hukum Pulau-Pulau Terluar Indonesia
Semua 92 pulau-pulau terluar Indonesia, termasuk di dalamnya 12 pulau-pulau kecil terluar, adalah milik Indonesia dengan dasar hukum yang kuat. Pulau-pulau tersebut telah memenuhi kriteria-kriteria tersebut yakni diatur dalam perjanjian internasional, ada dalam keputusan arbitrasi dan berada dalam perundang-undangan yang jelas dan tidak pernah diprotes negara mana pun juga.
4 pulau-pulau di Aceh Barat yang berbatasan dengan India telah digunakan sebagai rujukan penentu Perjanjian Batas Landas Kontinen Indonesia-India. Salah satu dari 4 pulau-pulau ini yakni Pulau Rondo juga menjadi rujukan penentu Perjanjian Batas Landas Kontinen Indonesia-Thailand. 4 pulau-pulau kecil di Selat Malaka telah digunakan sebagai rujukan penentu Perjanjian Batas Landas Kontinen dan Laut Teritorial Indonesia-Malaysia. 4 pulau-pulau kecil di Selat Singapura telah menjadi rujukan penentu batas Laut Wilayah Indonesia-Singapura.
8 pulau-pulau kecil di ujung Selat Singapura dan di Laut Natuna menjadi rujukan penentu Perjanjian Batas Landas Kontinen Indonesia-Malaysia di Laut Natuna. 2 pulau-pulau kecil di Laut Natuna juga menjadi rujukan penentu Perjanjian Batas Landas Kontinen Indonesia-Vietnam. 3 pulau-pulau di Laut China Selatan menjadi rujukan penentu Perjanjian Batas Landas Kontinen Indonesia-Malaysia di Laut China Selatan.
Pulau Sebatik di Laut Sulawesi telah diatur kepemilikan dan pembagian wilayahnya secara jelas antara Belanda dan Inggris. 26 pulau-pulau kecil di Samudra Hindia dan Lautan Arafuru menjadi rujukan penentu Batas Landas Kontinen dan ZEE Indonesia-Australia.
Sementara itu 9 pulau-pulau kecil di Samudera Hindia bagian selatan Sumatra, berbatasan dengan laut lepas dan tidak ada negara sama sekali yang berhadapan dengan pulau-pulau kecil tersebut.
1 pulau di Laut Sulawesi yakni Pulau Miangas menjadi milik Indonesia karena atas warisan Belanda yang mendapatkannya melalui keputusan arbitrasi dalam sengketanya dengan AS. Belanda diputuskan mampu membuktikan effective occupation di Pulau Miangas.
92 pulau-pulau terluar tersebut, termasuk pulau-pulau terluar lainnya yang tidak diatur dalam suatu perjanjian internasional atau terdapat dalam keputusan arbitrasi, telah diatur dalam UU 4/Prp 1960 yang menjadi dasar hukum Indonesia dalam mengajukan perjuangan sebagai negara kepulauan secara hukum. Tidak ada satu negara pun yang memprotes UU 4/Prp 1960 tersebut baik dari segi proklamasi negara kepulauan mau pun dari segi penentuan titik dasar pada pulau-pulau kecil terluar yang jelas dinyatakan sebagai pulau-pulau milik Indonesia.
Selain menunjukkan bahwa pulau-pulau terluar Indonesia mempunyai dasar hukum dan solid dan telah diakui oleh negara tetangga sebagai milik Indonesia, keseluruhan bukti-bukti hukum tersebut juga menepis anggapan salah bahwa Indonesia adalah negara yang tidak mempunyai batas internasional dengan negara tetangga atau anggapan salah bahwa wilayah Indonesia secara hukum tidak jelas.

B. Pulau Sipadan
Pulau ini diakui sebagai salah satu tempat penyelaman yang terbaik di asia tenggara. Pulau sipadan terletak di batas Semporna di patai timur Sabah. Yang utama di pulau ini adalah variasi unik dari batu karang di perairan ini. Ikan-ikan butterfly yang berwarna-warni yang menghuni bukit-bukit karang sebagai tempat berlindung di dalam air menambah kemuliaan pulai ini.
Antara April dan September, kura-kura hijau dan hawksbill datang ke tepi pantai untuk bersarang di dalam pantai pasir lembut yang berwarna keemasan.di Sipadan. Pantai pasir putih yang indah mengelilingi pulau Sipadan dan keindahan yang paling nyata dari pulau ini adalah dalam perairannya.















BAB III
KONFLIK SIPADAN

A. Indonesia Kehilangan Pulau Sipadan
Mahkamah Internasional (International Court of Justice) telah memutuskan bahwa Malaysia memiliki kedaulatan atas Pulau Sipadan beserta pulau Ligitan. Pemerintah Indonesia menerima keputusan akhir Mahkamah Internasional (MI), dan berharap bahwa keputusan MI dalam masalah ini dapat menutup satu babakan dalam sejarah bilateral antara Indonesia-Malaysia.
Pada sidang yang diadakan di Den Haag, MI telah mengeluarkan keputusan tentang kasus sengketa kedaulatan Pulau Sipadan-Ligatan antara Indonesia dengan Malaysia. Hasilnya, dalam voting di lembaga itu, Malaysia dimenangkan oleh 16 hakim, sementara hanya 1 orang yang berpihak kepada Indonesia. Dari 17 hakim itu, 15 merupakan hakim tetap dari MI, sementara satu hakim merupakan pilihan Malaysia dan satu lagi dipilih oleh Indonesia.
Kemenangan Malaysia, kata menteri, berdasarkan pertimbangan effectivite, yaitu pemerintah Inggris (penjajah Malaysia) telah melakukan tindakan administratif secara nyata berupa penerbitan ordonansi perlindungan satwa burung, pungutan pajak terhadap pengumpulan telur penyu sejak tahun 1930, dan operasi mercu suar sejak 1960-an. Sementara itu, kegiatan pariwisata yang dilakukan Malaysia tidak menjadi pertimbangan, serta penolakan berdasarkan chain of title (rangkain kepemilikan dari Sultan Sulu). Di pihak yang lain, MI juga menolak argumentasi Indonesia yang bersandar pada konvensi 1891, yang dinilai hanya mengatur perbatasan kedua negara di Kalimantan. Garis paralel 14 derajat Lintang Utara ditafsirkan hanya menjorok ke laut sejauh 3 mil dari titik pantai timur Pulau Sebatik, sesuai dengan ketentuan hukum laut internasional pada waktu itu yang menetapkan laut wilayah sejauh 3 mil.
Dalam konteks historis, sebenarnya Sipadan diakui masuk dalam wilayah Indonesia, tetapi dari aspek teknologi yang digunakan dan penguasaan konsep-konsep diplomasi politik modern dalam persidangan di Mahkamah Internasional, tim negosiator dari Malaysia jauh lebih unggul karena Indonesia hanya mengandalkan aspek historis.
Pemerintah Indonesia menyatakan rasa kecewa yang mendalam bahwa upaya yang dilakukan oleh empat pemerintahan Indonesia sejak tahun 1997 ternyata tidak membuahkan hasil. Namun, kita berkewajiban untuk menghormati Persetujuan Khusus untuk bersama-sama mengajukan sengketa pulau ini ke Mahkamah Internasional pada 31 Mei 1997. Sesuai dengan kesekapatan antara Indonesia-Malaysia tidak ada banding setelah keputusan ini. Sebab, keputusan mahkamah ini bersifat final dan mengikat. Dalam urusan ini, pemerintah Indonesia juga percaya seluruh proses peradilan telah berlangsung secara adil dan transparan. Tentang tindak lanjut pasca keputusan MI, menteri menyatakan, langkah pertama yang diambil adalah merumuskan batas-batas negara dengan negara-negara terdekat. Untuk Sipadan akan ditarik batas laut wilayah sejauh 12 mil dari lingkungan dua pulau tersebut.
Kehilangan pulau ini berkaitan dengan keteidakjelasan pembatasan wilayah Nusantara sehingga perlu dilakukan upaya untuk memperjelas garis pembatas negara. Ini menjadi kebijakan penting pada pemerintahan Megawati saat itu, yaitu menginventarisir garis batas wilayah kita agar 17.508 pulau kita tidak tercecer

B. Trauma Sipadan di Ambalat
Bermula dari lepasnya Timor Timur, 1999, kemudian kekalahan diplomasi politik kita di Mahkamah Internasional dalam mempertahankan Sipadan-Ligitan, 2002, sehingga kedua pulau tersebut menjadi milik Malaysia. Lepasnya kedua wilayah dengan mudah dan dalam waktu relatif singkat membuat masyarakat kita trauma kemungkinan trauma Sipadan terulang untuk kasus Blok Ambalat.
Konstruksi bangunan teritorial kita dilihat dari kepentingan nasional dirasakan begitu rapuh dalam beberapa tahun terakhir. Sengketa dua blok wilayah Malaysia-Indonesia kembali memanas. Masing-masing mengklaim sebagai wilayah sah mereka. Malaysia memberi nama ND6 dan ND7 dan Indonesia menamakan Blok Ambalat dan Blok Ambalat Timur. Pertanyaannya mana yang benar?
Bantahan Pemerintah Indonesia atas klaim kedua blok di Ambalat sudah diperkirakan sebelumnya, bahkan Pemerintah Malaysia telah mempersiapkan segala hal ihwal yang terkait dengan sengketa ini. Dari segi diplomasi, Pemerintah Malaysia tidak pernah meragukan kesahihan atas klaim ND6 dan ND7 sebagai bagian dari wilayah Malaysia atas dasar peta pentas benua, 1979. Dan, juga melakukan bantahan atas konsesi eksplorasi minyak yang diberikan kepada perusahaan ENI dan Unicoal yang diberikan oleh Pemerintah Indonesia.
Dengan mencermati perubahan konstalasi geopolitik antarnegara, sangat penting untuk memaknai bahwa kedaulatan wilayah suatu negara tidak lagi cukup mengandalkan aspek historis, atas terbentuknya negara-negara dunia ketiga lebih banyak berdasarkan referensi peta kolonialisme. Jauh dari itu, penguasaan perkembangan konsep diplomasi politik antara negara yang berbatasan langsung serta cara-cara pencaplokan wilayah dengan "tersembunyi" juga sangat menentukan eksistensi wilayah suatu negara. Sebagaimana yang kita alami dalam beberapa tahun terakhir, seperti semakin bertambahnya wilayah daratan Singapura karena teknologi reklamasi pantai.
Oleh karena itu, dalam konteks sengketa Ambalat yang sedang memanas ini, kita tetap berharap diplomasi menjadi pilihan terbaik sebagai solusi. Dengan harapan diplomasi itu tetap mengukuhkan kedaulatan wilayah NKRI, tanpa pernah merelakan sejengkal pun untuk diklaim pihak luar.

C. Pulau Terluar Indonesia Butuh Pengawasan Ketat
Keberadaan pulau-pulau terluar wilayah Indonesia, yang menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2005 ada 92 buah, perlu diawasi ketat. Sebab, berbagai potensi yang dimiliki pulau itu, seperti kekayaan dan keindahan alamnya, menarik sejumlah pihak untuk menguasainya.
Sebagai salah satu cara pengawasan pulau-pulau terluar itu, Skuadron 5 Intai Strategis TNI Angkatan Udara (AU) yang berbasis di Makassar secara rutin melakukan pengintaian dari udara dengan menggunakan pesawat intai Boeing 737. Selama dua hari itu, pengintaian dilakukan di wilayah Komando Operasi II TNI AU, yaitu dari Sulawesi menuju pulau terluar di gugus kepulauan Maluku, Papua, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan berakhir di Bali.
Pulau terluar yang dipantau selama penerbangan itu antara lain Pulau Batik dan Mengkudu di Nusa Tenggara, Pulau Fani di Kepulauan Halmahera (Maluku), dan Pulau Fanildo di Papua.
Selama penerbangan yang rata-rata dilakukan pada ketinggian 30.000 kaki ini, prajurit TNI AU yang menjadi awak pesawat terus mengamati kondisi pulau terluar itu dan laut yang mereka lewati. Dengan bantuan radar yang tersedia dalam pesawat, kondisi pulau atau perairan yang dilewati terlihat jelas. Jika ada yang mencurigakan, pesawat lalu menurunkan ketinggian untuk mendapatkan data yang lebih jelas.
Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Daryatmo menuturkan, semua hasil pengamatan itu dilaporkan kepada atasan yang lebih tinggi, seperti Komandan Komando Operasi AU dan Markas Besar TNI. Sifat laporan adalah real time (saat itu juga).
Pengintaian ini amat penting karena hilangnya sebuah pulau, berarti hilang pula perairan sepanjang 12 mil dari garis pantai pulau itu. Ada berbagai cara yang dilakukan pihak asing untuk menguasai pulau terluar itu, misalnya menikah dengan penduduk asli. Dari sana, warga asing itu lalu membeli tanah di pulau itu.















BAB 4
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kehilangan pulau Sipadan adalah bukti ketidak pedulian pemerintah terhadap pulau-pulau terluar Indonesia, sehingga tanpa sepengetahuan kita ternyata pulau tersebut sudah dimanfaatkan oleh negara lain dan bahkan sampai dijual-belikan oleh orang asing.
Selama ini pemerintah Malaysia telah memanfaatkan pulau sipadan sebagai tempat wisata bagi mereka dan penambangan hasil bumi, hingga akhirnya pemerintah Indonesia dianggap tidak peduli terhadap pulau sipadan karena tidak ada yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk mengembangkan pulau tersebut.

B. Saran – saran
1) Kita harus memeperketat pengamanan pulau – pulau terluar Indonesia karena Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah sehingga mencadi incaran para negara tetangga.
2) Pulau – pulau terluar Indonesia memiliki alam yang indah yang bisa dimanfaatkan sebagai pariwisata untuk menambah pendapatan negara.
3) Pemberian nama pulau – pulau kecil sangat penting karena Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki banyak sekali pulau – pulau kecil yang tidak terindentifikasi.
4) Pemerintah harus belajar dari terebutnya pulau Sipadan – Ligitan ke tangan Malaysia dan cepat melakukan langkah antisipasi agar tidak terulang kembali.

Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/pulau_sipadan.
Fathoni, Riza. 2008 . Presiden: jaga keamanan pulau terluar Indonesia (Rabu,24/ 12/08). www.kompas.com.
----------------. 2008. Indonesia kehilangan pulau Sipadan-Ligitan. www.tempo.co .id.
Sudijono. 2009. Ambalat, buntut Sipadan-Ligitan. http://www.detiknews.com/ read/2009/02/13/140056/1084476/10/cegah-sipadan-ligitan-jilid-ii-pemerintah-diminta-tanggap#.
Ghazali, Rusman. 2008. Trauma Sipadan-Ligitan di Ambalat. www.wikipedia .com.
Oegroseno, Arif Havas. 2008. Status hukum pulau-pulau terluar Indonesia. http:// www.kompas.com/kompas-cetak/0708/27/politikhukum/3793853.htm






Daftar Pulau Terluar Indonesia
Lampiran ini memuat daftar pulau terluar Indonesia yang berbatasan dengan Malaysia berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005. Peraturan Presiden tersebut ditandatangani oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada 29 Desember 2005.
No. Nama pulau Koordinat titik terluar Perairan Wilayah administrasi
1. Batu Mandi
2° 52′ 10″ LU, 100° 41′ 5″ BT
Selat Malaka Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau

2. Berhala
3° 46′ 38″ LU, 99° 30′ 3″ BT
Selat Malaka
Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara

3. Damar
2° 44′ 29″ LU, 105° 22′ 46″ BT
Laut Natuna
Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau

4. Dolangan
1° 22′ 40″ LU, 120° 53′ 4″ BT
Laut Sulawesi Kabupaten Toli-Toli, Sulawesi Tengah

5. Gosong Makasar
3° 59′ 25″ LU, 117° 57′ 42″ BT
Laut Sulawesi Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur

6. Iyu Kecil
1° 11′ 30″ LU, 103° 21′ 8″ BT
Selat Malaka Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau
7. Karimun Kecil
1° 9′ 59″ LU, 103° 23′ 20″ BT
Selat Malaka Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau
8. Kepala
2° 38′ 42″ LU, 109° 10′ 4″ BT
Laut Natuna Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau
9. Lingian
0° 59′ 55″ LU, 120° 12′ 50″ BT
Selat Makasar Kabupaten Toli-Toli, Sulawesi Tengah
10. Mangkai
3° 5′ 32″ LU, 105° 35′ 0″ BT
Laut Natuna Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau
11. Maratua
2° 15′ 12″ LU, 118° 38′ 41″ BT
Laut Sulawesi Kabupaten Berau, Kalimantan Timur

12. Salando
1° 20′ 16″ LU, 120° 47′ 31″ BT
Laut Sulawesi Kabupaten Toli-Toli, Sulawesi Tengah
13. Sambit
1° 46′ 53″ LU, 119° 2′ 26″ BT
Laut Sulawesi Kabupaten Berau, Kalimantan Timur
14. Sebatik
4° 10′ 0″ LU, 117° 54′ 0″ BT
Selat Makasar Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur
15. Semiun
4° 31′ 9″ LU, 107° 43′ 17″ BT
Laut Natuna Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau
16. Sentut
1° 2′ 52″ LU, 104° 49′ 50″ BT
Selat Singapura
Kabupaten Kepulauan Riau, Kepulauan Riau
17. Senua
4° 0′ 48″ LU, 108° 25′ 4″ BT
Laut China Selatan Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau
18. Subi Kecil
3° 1′ 51″ LU, 108° 54′ 52″ BT
Laut Natuna Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau
19. Tokong Belayar
3° 27′ 4″ LU, 106° 16′ 8″ BT
Laut Natuna Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau
20. Tokong Malang Biru
2° 18′ 0″ LU, 105° 35′ 47″ BT
Laut Natuna
Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau
21. Tokong Nanas
3° 19′ 52″ LU, 105° 57′ 4″ BT
Laut Natuna Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau
22. Tokongboro
4° 4′ 1″ LU, 107° 26′ 9″ BT
Laut Natuna Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau
Sumber: Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
Referensi
• Peraturan Presiden RI Nomor 78 Tahun 2005
• Peraturan Presiden RI Nomor 78 Tahun 2005 beserta penjelasannya di DKP






Foto-foto Pulau Sipadan